Minggu, 02 Oktober 2016

Pria Berpeci

Pria Berpeci 

       
 
Pria Berpeci
      

Saya dilahirkan disebuah Kampung pelosok Daerah riau Wisata Sejarah di Riau yang jauh dari kata modern saya lahir pada tanggal 01 , September 1998 ,Ketika Saya kecil saya mepunyai sahabat yang sangat baik dan ramah ,kami berdua selalu bermain bersama - sama , dari bermain kelereng sampai yang lainya.

       Kami dari kecil bersama , sampai Sekolahpun bersama banyak hal yang dilalui dan pelajaran hidup yang sangat berkesan sampai sekaran , semenjak lulus SMA , Kami berpisah Ia melanjutkan pendidikan agama di daerah Jambi tepatnya ,temanku berkata ia ingin menjadi seorang yang bermanfaat  bagi orang lain  yakni dengan menjadi pendakwah , sementara saya melanjutkan kuliah jurusan management di sebuah universitas di sumatra , semenjak itu Kami pun lost contact .

       Setelah saya Kuliah hampir selesai , tepatnya pada bulan oktober universitas mengadakan KKN atau magang saya bersama kawan kawan , ditepatkan disebuah kantor di Daerah Jambi kami berangkat tepatnya hari kamis tanggal 18 Oktober kami berangkat dengan menggunkan Bis pariwisata setelah menunggu kiranya Setengah hari Kami masih dalam perjalanan memasuki daerah Jambi tiba - tiba saja Bis yang kami tumpangi mengalami pecah ban dan oleng sampai melesat ke semak semak , pada saat itu kami didalam bis pun Panik dan berhamburan keluar dari bis yang kami tumpangi , setelah kami cek satu persatu untungnya semua selamat janya saja Bis yang kami tumpangi mengalami kerusakan pada bagian Ban , kamipu berbicara pada sopir Bis tersebut tentang kelanjutan perjalanan kami menuju Jambi , beberpapa menit kemudian sopir bis menelvon temanya yang juga berprofesi sebagai sopir Bis Yang mempunyai Armada Bis Dekat dengan Jambi Setelah hampir setengah jam kami menunggu akhirnya Bis penggantipun datang dan kamipun melanjutkan Perjalanan, Setelah 1 jam perjalanan kami sampai pada tujuan kami Daerah Bahrul Ulum . 



        Kami disediakan penginapan dekat kantor dan Kantor kami sangat berdekatan dengan Pondok Pesantren Bahrul Ulum , setelah sampai kamipun membersihkan badan setelah itu Adzan Magrib pun berkumandang saya bersama teman - teman berangkat ke Masjid dekat kantor tepatnya didalam lingkungan Pondok Pesantren Bahrul Ulum , Setelah shalat kami pun kembali kePenginapan kantor ,



       Keesokan Paginya Kami bersiap - siap untuk berangkat kekantor kami berangkat kekantor bersama - sama , kami dikantor pada ahri pertama hanyalah perkenalan dan pembagian tugas tugas ringan sepertia biasanya , 

       Setelah cukup lama Kami KKN di akhir - akhir KKN berakhir saya bersama teman - teman ingin mencari hiburan kami berjalan - jlan mengelilingi desa Bahrul Ulum setelah cukup jauh melangkah Kami mendapati seorang berpeci tergeletak bersama sepeda motornya , dan kamipun segera menolong orang tersebut , setelah kami tolong dan kami beri minum say agak teringat dengan wajah pria berpeci ini saya terus mengingat - ingat dia sangat mirip dengan sahabat saya , kmai pun menggotong dia pulang dengan muka kotor terkena debu kami bertanya kepada warga , alamat orang ini dan warga memberitahukan alamat tersebut , di PPBU (Pondok Pesantren Bahrul Ulum ) Ketika Kami memasuki halaman pondok ada seorang wanita yang histeris , langsung memeluk priaa tersebut , kami rasa ia istri dari pria tersebut, wanita itu memeluk dan menangis seraya mengucap nama sahabat saya dulu sayapun kaget , apa betul dia sahabat saya dulu , saya termenung , 

       Ketika pria berpeci itu tersadar dan bangun Dia menceritakan kejadian sebelum terjadinya kecelakaan tersebut , dan ia menyebutkan namanya kami berkenalan dan saya berbicara kepada pria tersebut kamu sangat mirip dengan sahabat saya dulu , nama kamu  siapa kata pria berpeci tersebut nama say yando mas jawab saya ah apa bisa duulang kata pria berpeci , yando mas jawab saya kamu anak nya pak subejo itukan yang bersal dari kampung kata dia , dan kamipun tertawa bersama karena kami baru tersadar bahwa kami adalah sahabat yang sering bersama dulu, kamipun berbicara mengenai kabar sampai magrib kita jeda dan melanjutkanya dari habis isya sampai  tengah malam .

      Keesokanya saya pamit pulang kepada sahabat saya dan saya diberikan banyak oleh - oleh dari dia saya pun berpamitan dan pulang bersama Teman - teman menaiki Bis Menuju Sumatra Utara . dengan rasa yang senang dan bangga bisa bertemu sahabat saya yang dapat menggapai cita - citanya sebagai seorang pendakwah yang berguna bagi masyarakat.






=================================END==========================

Sabtu, 24 September 2016

Wisata Sejarah Riau Tugu PAhlawan Kerja

Wisata Sejarah Riau




Pekanbaru Riau Merupakan kota yang kaya akan kebudayaan dan sejarahnya serta kuliner kuliner yang sangat khas  dan kaya akan rempah - repmah , dibalik itu semua terdapat sebuah peninggalan wisata sejarah yakni cagar budaya monumen kereta api serta tugu pahlawan kerja,

 wisatasejarahriau.com - Cagar budaya monumen kereta api dan tugu pahlawan kerja di Pekanbaru ini menjadi saksi bisu bahwa di Bumi Lancang Kuning pernah dibangun rel kereta api. Lokasi cagar budaya ini jika Anda melintas dari pusat kota, Jenderal Sudirman, terletak di sisi kiri Jalan Kaharuddin Nasuiton, sebelum kampus Universitas Islam Riau atau setelah Rumah Makan Pondok HM Yunus.

Tempat ini cukup terawat dan terlihat bersih. Rumput-rumput yang tumbuh di kawasan ini juga memiliki panjang yang sewajarnya.

Kereta api tua berwarna hitam bernomor C 3322 yang tidak memiliki gerbong tersebut terpajang di atas beton dan memiliki rel sepanjang kurang lebih enam meter. Pada dinding monumen kereta api terdapat ukiran yang menggambarkan kekerasan kekerasan tentara Jepang terhadap romusha.

Di dalam area taman cagar budaya ini juga terdapat beberapa kuburan para romusha pada masa masa penjajahan Jepang yang dipaksa membangun rel kereta api dari Pekanbaru menuju Muara Sijunjung di Sumatera Barat yang berjarak 220 Kilometer.

Menurut sejarahnya, pada masa pembangunan rel kereta api yang dimulai dari tahun 1943 hingga 1945 dan dipimpin oleh Jepang (Nippon), romusha mengalami penyiksaan dan derita yang amat pedih.



Akhirnya pada tanggal 1 agustus 1945 Kaisar Hiro Hito dengan resmi menyatakan Jepang menyerah tanpa syarat setelah tragedi Hiroshima dan Nagasaki. Maka tercatatlah sejarah pembangunan rel kereta api terpendek tapi menelan ratusan ribu korban jiwa di cagar budaya ini.

Pada 10 November tahun 1978, tugu yang disebut pahlawan kerja ini ditanda tangani oleh Gubernur Riau, HR. Soebrantas Siswanto sebagai bentuk penghormatan kepada korban pembangunan rel kereta api.

Taman cagar budaya ini dapat Anda jadikan sebagai salah satu tujuan atau destinasi perjalanan sejarah atau wisata sejarah Anda. Pada sore hari, tempat ini dijadikan sebagai tempat bersantai maupun sekadar berfoto-foto bagi masyarakat Pekanbaru.
Maka dari itu kita harus saling menjaga wisata sejarah ini dengan sebaik baiknya agar warisan wisata sejarah tersebut tetap terjaga dan menjadi destinasi wisata sejarah masyarakat banyak.serta dapat mengetahui dan mempelajari sejarah tentang tugu tersebut, semoga dapat bermanfaat bgai anda semua. Klik Cerita Pria Berpeci

sampai jumpa kembali pada artikel selanjutnya...................

.======bye========

Jumat, 23 September 2016

Wisata Sejarah Masjid Raya Pekanbaru

Wisata Sejarah Masjid Raya Pekanbaru




Masjid Raya Pekanbaru dibangun pada abad ke 18 tepat 1762 baca juga wisata tugu pahlawan  sehingga merupakan mesjid tertua di Pekanbaru. Mesjid yang terletak di Jalan Senapelan Kecamatan Senapelan ini memiliki arsitektur tradisional. Mesjid yang juga merupakan bukti Kerajaan Siak Sri Indrapura pernah bertahta di Pekanbaru (Senapelan) yaitu di masa Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah sebagai Sultan Siak ke-4 dan diteruskan pada masa Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah sebagai Sultan Siak ke-5.

Sejarah berdirinya Mesjid Raya Pekanbaru dikisahkan ketika di masa kekuasaan Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah memindahkan dan menjadikan Senapelan (sekarang Pekanbaru) sebagai Pusat Kerajaan Siak. Sudah menjadi adat Raja Melayu saat itu, pemindahan pusat kerajaan harus diikuti dengan pembangunan "Istana Raja", "Balai Kerapatan Adat", dan "Mesjid". Ketiga unsur tersebut wajib dibangun sebagai representasi dari unsur pemerintahan, adat dan ulama (agama) yang biasa disebut "Tali Berpilin Tiga" atau "Tungku Tiga Sejarangan".

Pada penghujung tahun 1762, dilakukan upacara "menaiki" ketiga bangunan tersebut. Bangunan istana diberi nama "Istana Bukit" balai kerapatan adat disebut "Balai Payung Sekaki" dan mesjid diberi nama "Mesjid Alam" (yang mengikut kepada nama kecil sultan Alamuddin yaitu Raja Alam). Pada tahun 1766, Sultan Alamuddin Syah meninggal dan diberi gelar MARHUM BUKIT. Sultan Alamuddin Syah digantikan oleh puteranya Tengku Muhammad Ali yang bergelar Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah. Pada masa pemerintahannya (1766-1779), Senapelan berkembang pesat dengan aktivitas perdagangannya. Para pedagang datang dari segala penjuru. Maka untuk menampung arus perdagangan tersebut, dibuatlah sebuah "pekan" atau pasar yang baru, pekan yang baru inilah kemudian menjadi nama "Pekanbaru" sekarang ini.

Perkembangan yang begitu pesat menyebabkan Mesjid Alam tidak lagi cukup menampung para jemaah yang beribadah maupun yang menuntut ilmu agama di sana. Apalagi Sayid Osman, seorang ulama, menggunakan mesjid tersebut sebagai pusat dakwah menyebarkan Agama Islam. Atas dasar musyawarah Sultan Muhammad ALi, Sayid Osman, Datuk Empat Suku beserta para pembesar lainnya, disepakati untuk memperbesar mesjid tersebut. Pada tahun 1775, pekerjaan membesarkan bangunan mesjid dilakukan. Menurut sumber lokal, bangunan msjid yang diperbaharui tersebut, keempat "Tiang Seri" disediakan oleh Datuk Empat Suku, "Tiang Tua" disediakan oleh Sayid Osman, "Kubah Mesjid" disediakan oleh Sultan Muhammad Ali, sedangkan pengerjaannya dilakukan oleh seluruh rakyat. Cara ini menunjukkan persebatian/kesatuan antara Pemerintah, Ulama, Adat dan masyarakat. Acuan ini kemudian dikekalkan di Kerajaan Siak, yang mengandung maksud tertentu pula :
Sultan : Pucuk pemerintahan pemegang daulat
Datuk Empat Suku : Tiang pemerintahan pemegang adat
Ulama : Tiang agama pemegang hukum syarak
Rakyat : Darah daging kerajaan pemegang Soko Pusaka, petuah dan amanah

Diperbesarnya mesjid ini diikuti dengan penggantian nama mesjid menjadi Mesjid Nur Alam yang berarti memberikan cahaya ke alam sekitarnya dan memberikan penerangan bagi hati ummat manusia.

Pada tahun 1779, Sultan Muhammad Ali diganti oleh iparnya Sultan Ismail (1779-1781) yang kemudian setelah mangkat digantikan oleh Sultan Yahya (1781-1784). Sultan Yahya diganti oleh putera Sayid Osman yaitu Tengku Udo Sayid Ali bergelar Assyaidissyarif Ali Abdul Jalil Syaifuddin (1784-1810). Pada masa pemerintahannya, pusat Kerajaan Siak dipindahkan ke Mempura Kecil (Kota Siak sekarang). Masa itu juga, Mesjid Nur Alam diberi selasar (teras) yang dipergunakan untuk tempat peziarah duduk, sekaligus tempat pemberian/pelafasan gelar. Konon sejak itu, banyaklah mesjid dibangun menggunakan selsar di sekeliling bangunan, sekurang-kurangnya di salah satu sisi bangunan.

Pada masa pemerintahan Sultan Ismail II yang bergelar Sultan Assyadisyarif Ismail Abdul Jalil Syaifuddin (1827-1864), Mesjid Nur Alam diperbaiki lagi dan memperbesar selasarnya. Sultan Ismail II mangkat pada tahun 1864 dan digantikan puteranya Tengku Sayid Kasim (Sultan Syarif Kasim Awal). Pada masa ini tidak ada perubahan yang mendasar pada bangunan mesjid. Perubahan baru terjadi ketika Tengku Putera Sayid Hasyil memegang tampuk pemerintahan (1889-1908). Pada masa itu, Mesjid Nur Alam dipindahkan 40 langkah dari posisi semula ke arah matahari hidup/terbit (timur). Dengan dipindahkannya posisi mesjid ini, maka mesjid ini terkenal dengan Mesjid Sultan yang berarti dipindahkan oleh Sultan. Karena bangunannya lebih luas, maka disebut juga Mesjid Besar yang kadang juga disebut Mesjid Raya.

Sultan Sayid (Said) Hasyim mangkat pada tahun 1908 dan digantikan puteranya Tengku Said Kasim yang bergelar Sultan Assyaidissyarif Kasim Abdul Jalil Syaifuddin yang biasa disebut Sultan Syarif Kasim II. Sultan memerintah sampai kerajaan Siak berakhir di tahun 1946 ketika bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pada tahhu 1935, Sultan Syarif Kasim II memutuskan untuk membangun mesjid lebih besar dengan bahan semen dan batu yang letaknya berdekatan dengan mesjid lama yang sudah ada, dengan dasar pertimbangan hakikatnya masih menyatu dengan mesjid lama. Maka dalam tahun itu juga dimulailah pembangunan mesjid yang dimaksud, yang namanya tetap menjadi Mesjid Raya. Pemilihan lokasi yang berdekatan ini dengan pertimbangan sebagi berikut :
Mesjid baru hakikatnya masih menyatu dengan mesjid lama
Mesjid baru lokasinya berdekatan dengan makam-makam nenek moyang beliau
Mesjid baru dibangun supaya lebih tahan dan lebih besar
Mesjid baru ini dibangun sebagai tanda ingat beliau kepada nenek moyangnya yang telah berjasa mengembangkan Islam di Kerajaan Siak dan sekitarnya.

Semoga dapat bermanfaat bagi anda semua dan marilah kita semua agar terus menjaga warisan budaya ini dengan baik.

BYE///////////.....................